Jumat, 23 Maret 2012

AKU BANGGA MENJADI BONEK

Memang bonek bukanlah suporter terbaik, suporter yang dikenal dengan cinta damai dan kreatifitasnya maupun apalah. Tapi bonek adalah suporter yang mencoba ingin jadi lebih baik yang dari tahun ke tahun. Bonek adalah bonek, bukan suporter yang mengaku oknum. Bukan suporter yang kalau anarkis selalu mengatasnamakan oknum suporter, bukannya meminta maaf dan mengakui kesalahannya.

Bonek anarkis, bonek bikin ulah, bonek menjarah pedagang. Itulah headline yang slalu menghiasi media massa saat bonek tur ke luar kota. Media massa bagaikan ketiban rejeki kalau bonek lagi tur ke luar kota. Bagaikan tanpa dikomando mereka berlomba-lomba memberitakan perjalanan bonek, meskipun gak sesuai dengan fakta yang terjadi yang penting dengan mengarang indah dan laku di pasaran. Masih terlintas jelas 24 Januari 2010 Bonek tur bandung diserang di solo. Jelas-jelas pada media massa menayangkan bonek yang kala itu nggandol kereta diserang warga, bukan bonek yang menyerang, tapi dalam headline nya Bonek Anarkis. Anarkis darimana? Meskipun dalam pemberitaan gak sesuai dengan fakta, yang penting laku keraslah beritanya.

Coba kita bandingkan berpuluh-puluh ribu aremania tur jakarta pada saat akhir kompetisi ISL 2010 Persija vs Arema. Adakah pemberitaan aremania yang mencolok? Seakan-akan ditutupi. Atau mungkin juga media massa takut beritanya gak laku keras? Padahal dalam kejadiaan itu aremania sempat ricuh dalam perjalan pulang pergi ke jakarta.

Kita putar memori kembali saat pelita karawang vs persebaya. Bonek yang datang ke stadion singaperbangsa karawang diserang oleh oknum suporter tuan rumah, dan besok paginya muncul diberitakan di redaksi berita olahraga ternama tentang bonek menyerang suporter tuan rumah. Dengan kecanggihan teknologi saya mengajak teman-teman bonek yang ada di grup facebook saya, untuk menyebarkan ke grup yang laen untuk mengirim email protes ke redaksi tersebut. Alhamdulillah 2-3 hari setelah email tersebut dikirim, pihak redaksi meminta maaf kepada pengurus bonek.
Dan di sini saya mengajak kepada teman-teman bonek se jagat raya, seandainya nanti ada pemberitaan miring tentang bonek, mari kita berlomba-lomba kirim email protes kepada mereka agar nama bonek tidak semakin tercoreng gara-gara pemberitaan miring. Kita manfaatkan fasilitas yang ada saat ini, teknologi udah maju kawan.
Kembali ke uneg-uneg yang ngeganjel di dada saya. Sebelumnya saya pernah kuliah di malang, dan sedikit banyak saya mengerti perbedaan bonek dan seterunya aremania. Pada umumnya Bonek dan Aremania sama, sama-sama suporter fanatik, suporter terbesar. Di Bonek ada suporter cinta damai, di aremania juga ada suporter cinta damai, di bonek ada suporter garis keras bonek '89, di aremania ada suporter sirag sarek '87, di bonek ada yang resek, di aremania juga ada yang resek. Intinya gak semuanya bonek itu resek, tapi juga masih cinta damai. Gak semuanya aremania cinta damai tapi masih juga aremania resek.
Tapi di sini perbedaannya, bonek yang kala tur berbuat anarkis, menjarah. Langsung dinilai bonek itu anarkis, ingat gak semuanya bonek itu anarkis. Masih inget bulan ramadhan kemarin? Kelompok-kelompok suporter bonek yang ada di surabaya, sidoarjo, gresik, pasuruan, maupun jember dan daerah-daerah lain yang belum saya sebutkan membagikan ta'jil ke pengendara umum. Tapi di sini yang saya banggakan, ketika bonek dicaci maki saat melakukan tindakan anarkis. Mereka menerimanya dengan lapang dada, bukan malah munafik menduduh oknum-oknum yang gak bertanggung jawab melakukanya.Bukan malah mencari-cari alasan lain agar namanya tidak jelek di mata masyarakat yang mengurangi titel "suporter cinta damai"nya.
Kalau aremania? anda pasti bisa menilainya sendirilah. tidak perlu saya jelaskan di sini. Cukup menengok tragedi pembakaran stadion wilis madiun 2005, stadion brawijaya kediri, konvoian aremania juara ISL 2010, dan yang terakhir perjalanan pulang dari tur solo di stasiun kediri. Melempari warga-warga sekitar stasiun yang gak bersalah. Tapi maukah mereka mengakui perbuatan mereka??
Dan juga selama saya tinggal di malang, saya sedikit banyak menemukan 100% asli kera ngalam yang berdomisili mendukung persebaya. Ketika saya bertanya kepada mereka sejak kapan mendukung persebaya. Mereka menjadi Bonek udah dari kecil, udah diwarisi dari bapak-bapaknya. Dulu memang banyak bonek yang berasal dari malang, tapi sekarang udah gak sebanyak dulu lagi karena mereka udah mempunyai tim daerahnya sendiri arema.
Saya mencoba tanya lebih jauh mengapa mereka tetap setia mendukung persebaya, padahal jelas-jelas sekarang arema lagi ada di puncak. Mereka bilang tim ada di atas dan di bawah itu wajar, seperti roda berputar. Mereka sudah terlalu banyak mengerti kelebihan dan kekurangan bonek dan juga aremania, ternyata bonek dan aremania sama saja. Yang paling menonjol dan membedakan bonek dari aremania adalah persatuan suporter bonek, kesetia kawanan. Akan terasa jika pertandingan di luar kota. Bonek-bonek berbondong-bondong berangkat ke kota tujuan untuk mendukung persebaya dengan bekal seadanya, meskipun berbekal seadanya mereka tetap bersatu. Ada yang membawa duit lebih, mereka malah ikut nemenin temen mereka yang gak punya uang untuk nggandol truk maupun kereta. Seperti contoh misal bonek dari surabaya di tengah perjalanan bertemu dengan bonek dari pasuruan, mereka dengan cepat akrabnya langsung bersatu untuk mencapai kota tujuan. Yang penting sampai di kota tujuan dan mendukung tim kesayangan Persebaya. Jangan heran kalau di tengah perjalanan bertemu dengan rombongan bonek yang makan nasi bungkus dimakan rame-rame. Itu karena mereka merasakan suka duka ditanggung bersama.
Berbeda dengan aremania, saat tur ke luar kota. Mereka malah saling berlomba mempercantik korwil masing-masing, membanggakan korwil masing-masing. Ada yang naek bis, kereta, mobil pribadi dll. Kalaupun di jalan bertemu dengan aremania lain yang sedang tidak mempunyai duit, mereka acuh tak acuh. Gak peduli. Mereka berpendapat, salah sendiri tur modal nekat, gak modal duit. Saya sendiri juga mempunyai teman aremania, dia bercerita saat itu pulang dari tur lamongan persik vs arema. Dia dan teman-temannya pulang nyari bis umum gak nemu, bareng sama rombongan aremania yang naik bis dilarang naik.Bukan rahasia lagi, kalau di stadion kanjuruhan maupun di mana saja terjadi persaingan antar korwil aremania di malang.
Saling mengunggulkan yang terbaik. Saling tawuran sesama aremania. Maka dari fakta di ataslah, bonek-bonek asli malang bangga menjadi bonek. bangga mendukung persebaya. bonek ingat tujuan menjadi suporter, mendukung tim, bukan berlomba menjadi suporter terbaik.
Oh iya, sempat terpikir dalam pikiran saya. Seharusnya bonek itu dijadikan alat pemersatu suporter jatim. Mengapa tidak? Kita pasti tau jatim identik dengan boneknya. Ada Bonek dari surabaya, sidoarjo, pasuruan, lumajang, jember, banyuwangi, blitar, mojokerto, kediri, nganjuk, jombang, madiun, magetan, lamongan, gresik, bojonegoro, ponorogo, malang, madura dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan.Rata-rata daerah-daerah tersebut mempunyai tim daerah masing-masing. Kita ambil contoh laskar sakera pendukung persekabpas dan boromania pendukung persibo bojonegoro. Rata-rata mereka semua adalah embrio bonek, karena rata-rata dulu mereka adalah bonek maka terjalinlah persatuan suporter laskar sakera dan boromania. Bagaimana seandainya kalo sakera, jinggomania, mp mania, the madman/blue force, persikmania, psbi mania, deltamania, bledugmania, LA mania, ultrasmania, boromania, gengster, laros dll yang gak bisa saya sebutin. Berpijak kepada dulu mereka terlahir dari bonek. Ah semoga suatu saat bonek bukan hanya alat pemersatu suporter jatim, tapi suporter se indonesia.

1 komentar: