Memang bonek bukanlah suporter terbaik, suporter yang
dikenal dengan cinta damai dan kreatifitasnya maupun apalah. Tapi bonek
adalah suporter yang mencoba ingin jadi lebih baik yang dari tahun ke
tahun. Bonek adalah bonek, bukan suporter yang mengaku oknum. Bukan
suporter yang kalau anarkis selalu mengatasnamakan oknum suporter,
bukannya meminta maaf dan mengakui kesalahannya.
Bonek anarkis, bonek bikin ulah, bonek menjarah pedagang. Itulah
headline yang slalu menghiasi media massa saat bonek tur ke luar kota.
Media massa bagaikan ketiban rejeki kalau bonek lagi tur ke luar kota.
Bagaikan tanpa dikomando mereka berlomba-lomba memberitakan perjalanan
bonek, meskipun gak sesuai dengan fakta yang terjadi yang penting
dengan mengarang indah dan laku di pasaran. Masih terlintas jelas 24
Januari 2010 Bonek tur bandung diserang di solo. Jelas-jelas pada media
massa menayangkan bonek yang kala itu nggandol kereta diserang warga,
bukan bonek yang menyerang, tapi dalam headline nya Bonek Anarkis.
Anarkis darimana? Meskipun dalam pemberitaan gak sesuai dengan fakta,
yang penting laku keraslah beritanya.
Coba kita bandingkan berpuluh-puluh ribu aremania tur jakarta pada
saat akhir kompetisi ISL 2010 Persija vs Arema. Adakah pemberitaan
aremania yang mencolok? Seakan-akan ditutupi. Atau mungkin juga media
massa takut beritanya gak laku keras? Padahal dalam kejadiaan itu
aremania sempat ricuh dalam perjalan pulang pergi ke jakarta.
Kita
putar memori kembali saat pelita karawang vs persebaya. Bonek yang
datang ke stadion singaperbangsa karawang diserang oleh oknum suporter
tuan rumah, dan besok paginya muncul diberitakan di redaksi berita
olahraga ternama tentang bonek menyerang suporter tuan rumah. Dengan
kecanggihan teknologi saya mengajak teman-teman bonek yang ada di grup
facebook saya, untuk menyebarkan ke grup yang laen untuk mengirim email
protes ke redaksi tersebut. Alhamdulillah 2-3 hari setelah email
tersebut dikirim, pihak redaksi meminta maaf kepada pengurus bonek.
Dan
di sini saya mengajak kepada teman-teman bonek se jagat raya,
seandainya nanti ada pemberitaan miring tentang bonek, mari kita
berlomba-lomba kirim email protes kepada mereka agar nama bonek tidak
semakin tercoreng gara-gara pemberitaan miring. Kita manfaatkan
fasilitas yang ada saat ini, teknologi udah maju kawan.
Kembali
ke uneg-uneg yang ngeganjel di dada saya. Sebelumnya saya pernah kuliah
di malang, dan sedikit banyak saya mengerti perbedaan bonek dan
seterunya aremania. Pada umumnya Bonek dan Aremania sama, sama-sama
suporter fanatik, suporter terbesar. Di Bonek ada suporter cinta damai,
di aremania juga ada suporter cinta damai, di bonek ada suporter garis
keras bonek '89, di aremania ada suporter sirag sarek '87, di bonek
ada yang resek, di aremania juga ada yang resek. Intinya gak semuanya
bonek itu resek, tapi juga masih cinta damai. Gak semuanya aremania
cinta damai tapi masih juga aremania resek.
Tapi di sini
perbedaannya, bonek yang kala tur berbuat anarkis, menjarah. Langsung
dinilai bonek itu anarkis, ingat gak semuanya bonek itu anarkis. Masih
inget bulan ramadhan kemarin? Kelompok-kelompok suporter bonek yang ada
di surabaya, sidoarjo, gresik, pasuruan, maupun jember dan
daerah-daerah lain yang belum saya sebutkan membagikan ta'jil ke
pengendara umum. Tapi di sini yang saya banggakan, ketika bonek dicaci
maki saat melakukan tindakan anarkis. Mereka menerimanya dengan lapang
dada, bukan malah munafik menduduh oknum-oknum yang gak bertanggung
jawab melakukanya.Bukan malah mencari-cari alasan lain agar namanya
tidak jelek di mata masyarakat yang mengurangi titel "suporter cinta
damai"nya.
Kalau aremania? anda pasti bisa menilainya
sendirilah. tidak perlu saya jelaskan di sini. Cukup menengok tragedi
pembakaran stadion wilis madiun 2005, stadion brawijaya kediri,
konvoian aremania juara ISL 2010, dan yang terakhir perjalanan pulang
dari tur solo di stasiun kediri. Melempari warga-warga sekitar stasiun
yang gak bersalah. Tapi maukah mereka mengakui perbuatan mereka??
Dan
juga selama saya tinggal di malang, saya sedikit banyak menemukan 100%
asli kera ngalam yang berdomisili mendukung persebaya. Ketika saya
bertanya kepada mereka sejak kapan mendukung persebaya. Mereka menjadi
Bonek udah dari kecil, udah diwarisi dari bapak-bapaknya. Dulu memang
banyak bonek yang berasal dari malang, tapi sekarang udah gak sebanyak
dulu lagi karena mereka udah mempunyai tim daerahnya sendiri arema.
Saya
mencoba tanya lebih jauh mengapa mereka tetap setia mendukung
persebaya, padahal jelas-jelas sekarang arema lagi ada di puncak.
Mereka bilang tim ada di atas dan di bawah itu wajar, seperti roda
berputar. Mereka sudah terlalu banyak mengerti kelebihan dan kekurangan
bonek dan juga aremania, ternyata bonek dan aremania sama saja. Yang
paling menonjol dan membedakan bonek dari aremania adalah persatuan
suporter bonek, kesetia kawanan. Akan terasa jika pertandingan di luar
kota. Bonek-bonek berbondong-bondong berangkat ke kota tujuan untuk
mendukung persebaya dengan bekal seadanya, meskipun berbekal seadanya
mereka tetap bersatu. Ada yang membawa duit lebih, mereka malah ikut
nemenin temen mereka yang gak punya uang untuk nggandol truk maupun
kereta. Seperti contoh misal bonek dari surabaya di tengah perjalanan
bertemu dengan bonek dari pasuruan, mereka dengan cepat akrabnya
langsung bersatu untuk mencapai kota tujuan. Yang penting sampai di
kota tujuan dan mendukung tim kesayangan Persebaya. Jangan heran kalau
di tengah perjalanan bertemu dengan rombongan bonek yang makan nasi
bungkus dimakan rame-rame. Itu karena mereka merasakan suka duka
ditanggung bersama.
Berbeda dengan aremania, saat tur ke luar
kota. Mereka malah saling berlomba mempercantik korwil masing-masing,
membanggakan korwil masing-masing. Ada yang naek bis, kereta, mobil
pribadi dll. Kalaupun di jalan bertemu dengan aremania lain yang sedang
tidak mempunyai duit, mereka acuh tak acuh. Gak peduli. Mereka
berpendapat, salah sendiri tur modal nekat, gak modal duit. Saya
sendiri juga mempunyai teman aremania, dia bercerita saat itu pulang
dari tur lamongan persik vs arema. Dia dan teman-temannya pulang nyari
bis umum gak nemu, bareng sama rombongan aremania yang naik bis
dilarang naik.Bukan rahasia lagi, kalau di stadion kanjuruhan maupun di
mana saja terjadi persaingan antar korwil aremania di malang.
Saling
mengunggulkan yang terbaik. Saling tawuran sesama aremania. Maka dari
fakta di ataslah, bonek-bonek asli malang bangga menjadi bonek. bangga
mendukung persebaya. bonek ingat tujuan menjadi suporter, mendukung
tim, bukan berlomba menjadi suporter terbaik.
Oh iya, sempat
terpikir dalam pikiran saya. Seharusnya bonek itu dijadikan alat
pemersatu suporter jatim. Mengapa tidak? Kita pasti tau jatim identik
dengan boneknya. Ada Bonek dari surabaya, sidoarjo, pasuruan, lumajang,
jember, banyuwangi, blitar, mojokerto, kediri, nganjuk, jombang,
madiun, magetan, lamongan, gresik, bojonegoro, ponorogo, malang, madura
dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan.Rata-rata
daerah-daerah tersebut mempunyai tim daerah masing-masing. Kita ambil
contoh laskar sakera pendukung persekabpas dan boromania pendukung
persibo bojonegoro. Rata-rata mereka semua adalah embrio bonek, karena
rata-rata dulu mereka adalah bonek maka terjalinlah persatuan suporter
laskar sakera dan boromania. Bagaimana seandainya kalo sakera,
jinggomania, mp mania, the madman/blue force, persikmania, psbi mania,
deltamania, bledugmania, LA mania, ultrasmania, boromania, gengster,
laros dll yang gak bisa saya sebutin. Berpijak kepada dulu mereka
terlahir dari bonek. Ah semoga suatu saat bonek bukan hanya alat
pemersatu suporter jatim, tapi suporter se indonesia.
i love bonek -xXx-
BalasHapus